Manusia yang Manusia
Oleh: Muhammad Rofi’uddin
Pendahuluan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Makhluk yang penciptaannya bukan hanya sekedar diciptakan, melainkan tak lain dan bukan adalah sebagai Kholifah, baik Kholifah di bumi, maupun pemimpin untuk dirinya sendiri. Di sisi lain, ia juga makhluk sosial, yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya, khususnya sebagai manusia yang manusia (Kholifah).
Dengan cara apa manusia bisa menjadi manusia yang benar benar manusia? Kita yang sedari dulu diciptakan mendapatkan fasilitas yang lebih sebagai makhluk ciptaan Tuhan, selayaknya menggunakannya dengan semaksimal mungkin yaitu dengan cara membuat budaya untuk berinteraksi agar bisa membuat peradaban dan juga menjalankan tujuan penciptaan, menjadi Kholifah, pengerak atas semua.
Menanggapi atas maraknya Kemanuisaan yang semakin hari semakin terkikis oleh era moderen. Saya menulis essay ini mengambil setetes cuplikan kecil dari lingkar pandang Alquran yang maha agung, sebagai petunjuk atas pradigma pradigma seluruh alam semesta. Tak lupa juga dalam tulisan yang berkekurangan ini, saya menyisipkan sedikit tentang interaksi kita dalam bersosial. Bagaimana penenerapannya agar kita tetap pada jalannya, jalan keridhoannya. Sebagaimana hamba kepada sang kholk.
Semoga dengan adanya essay singkat ini yang serba keterbatasan dan juga masih banyak kekurangan, menjadikannya sedikit menambah wawasan bagi pembacanya. Tentang Manusia yang Manusia, Manusia yang memenuhi atas tujuan ia diciptakan. Pembahasan
Dengan segala hormat para peneliti yang sedikit banyaknya perbedaan pendapat mengenai penciptaan manusia. Menurut ilmuwan Barat, manusia berasal dari seekor kera kemudian melalui seleksi alam. Hal tersebut menyebabkan pro dan kontra disebagian peneliti. Namun, pada hakikatnya yang lebih masuk akal yaitu yang tertera dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur’an.
Manusia diciptakan dari benda padat dan juga benda cair. Benda padat seperti waktu penciptaan Adam, yang diciptakan dengan tanah, dan juga benda cair meliputi penciptaan manusia sekarang, yaitu mulai dari air mani yang dititipkan seorang lelaki kepada perempuan. Yang sama sama intinya yaitu dari tanah. Lantas bagaimana hubungannya, antara air mani dengan tanah?
Hubungannya yaitu dengan cara kita menilai asal muasal suatu benda tersebut. Seperti mani, yang ia diciptakan dari darah Manusia, sedangkan ia, darah Manusia terbentuk sebab adanya makanan yang menyediakan sari sari untuk kita cerna. Lah, sebagian besar tanaman, bahkan bisa dikatakan kesemua tumbuhan itu bisa hidup dan bertumbuh dengan batuan tanah. Jadi, bisa ditarik kesimpulan, kita Manusia ini diciptakan dari tanah, baik secara ekstafet melalui air mani maupun langsung, seperti penciptaan Manusia pertama, yaitu Nabi Adam.
Lantas, bagaimana kita manusia menjadi manusia yang sebenar benarnya Manusia, selayaknya tujuan ia diciptakan? Mengambil dari Al Qur’an, yang intinya kita diciptakan oleh Allah, untuk menjadi pemimpin dari berbagai aspek, meliputi pemimpin eksternal maupun pemimpin internal (memimpin diri sendiri). Dengan cara apa?, Yaitu kita bisa menjadi selayaknya yang Tuhan inginkan melalui jalan ridhonya.
Jalan yang tuhan inginkan. Agar kita semakin gampang meniti jalanNya dengan berbagai kekurangan kita yang hanya sebagai hambanya serba keterbatasan. Kita melalui untuk menujunya yaitu dengan ibadah makhdoh maupun ibadah ghoiru makhdoh. Ibadah makhdoh meliputi syariat syariat sebagaimana kita sebagai orang Islam, dan juga ibadah ghoiru, di luar konteks ibadah makhdoh kita juga bisa mengekspresikannya lewat interaksi sosial yang berkendara menggunakan kebudayaan.
Kebudayaan di sini, menurut KBBI yang asalnya dari kata “budaya” yaitu akal budi, pekerti manusia yang menjadi kebiasaanya sehari hari, serta keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan sekitar agar mengampangkan kita untuk berinteraksi dengan sesama. Bukan kok malah mempersempit jalinan di antara kita sebab saling besarnya egosime.
Budaya, yaitu sebuah kendaraan yang sangat besar. Kendaraan yang kalau kita menaikinya akan terjadi dua kemungkinan, yang pertama yaitu mengampangkan interaksi sosial yang outpunya sesama manusia akan bersatu, dan yang kedua, yaitu, sebab kebudayaanlah juga kita bisa terpecah belah. Terpecah belah dengan artian saling mencaci satu sama lain. lebih lebih antara yang mayoritas terhadap yang minoritas, antara yang senior dengan yang junior. Kebudayaan kebudayaan seniorisme. Kita, manusia budaya, manusia yang menciptakan budaya terkadang juga seperti paradoks. Gimana kok paradoks?
Kita lihat dengan realita manusia. Ia menciptakan sebuah peradaban melalui budaya, tapi, tak jarang, bahkan kesemuanya manusia terpengaruh dengan budayanya sendiri. Jadi, ia makin terpenjara sebab kebudayaan tersebut. Kita ambil kata lain, yaitu budaya ngopi dengan rokok. Melihat kerealitaannya, kita sendiri juga merasakan, bahwa sesungguhnya tak ada yang lebih nikmat kalau ngopi tidak bebarengan dengan budaya, atau rutinitas merokok. Padahal ia, merokok itu tersebut hanyalah budaya.
Buatan manusia yang dibuat ketika ilmuan ilmuan atau kedokteran era dulu, untuk menyembuhkan penyakit dengan cara lewat herbal, seperti penyakit pilek dan radang hidung. Teori tersebut dipercayai oleh orang-orang Asia, Amerika, Afrika dan sebagian Eropa. Dan ada yang juga berpendapat yaitu untuk ketenangan pikiran (meminimalisir kebingunga pikiran agar refres lagi). Namun, sekarang yang terjadi kita berkebutuhan dengan rokok. Rasanya kg kurang lengkap kalau ngopi tak bersamaan dengan menghisap tembakau.
Tetapi, Budaya, tanpa dia kita tak bisa menjalankan peradaban. Namun, sebab dialah, kita juga semakin tergerus untuk menuju peradaban yang lebih tinggi. Indonesia, ia terdiri atas multi etnis (suku bangsa), tiap etnis memiliki budaya yang terwariskan kepada yang akan datang. Budaya yang berkembang selama berabad-abad. Sehingga, menjadikan Indonesia sebagai negara multikultur yang tidak ada duanya di dunia. Keanekaragaman suku bangsa yang menciptakan keanekaragaman budaya dan kepercayaan adalah mozaik Indonesia, bagaikan budaya yang saling berharmonis.
Seperti harmonisnya keminoritasan islam di Bali tanah air Indonesia yang mayoritas Hindu budha, dan juga keberanekaragaman budaya budaya yang bermanifestasi menjadi acara kebudayaan bernuasa religius, seperti di sekeliling kita, tanah Jawa, dengan megahnya budaya yang menghasilkan peradaban begitu pesatnya, yang tak lain adalah warisan dari wali songgo.
Keanekaragaman budaya Indonesia menambah keindahan Indonesia, yang dapat menjadi potensi daya tarik wisata, dan sumber inspirasi inovasi bagi para kreator Industri kreatif di berbagai bidang, khusunya memanjakan para mata untuk memanberanekaragamdangnya (rohmatallilalamin). Beralih ke Industri kreatif, ia adalah industri atau kegiatan ekonomi yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut, yang menciptakan nilai tambah ekonomi atau lazim disebut ekonomi kreatif.
Yakni menjunjung kita semua menuju ke kereatifitasan. Bukankah itu adalah peluang besar bagi kita. Peluang untuk mewujudkan sang pencipta atas tujuan kita diciptakan. Kita, yang dikarunia i akal akan sangat mudah untuk mengelaborasi sebuah masalah masalah yang kita temui setiap hari, bahkan setiap mata memandang, untuk menjadikannya peradaban baru.
Tak menutup kemungkinan, kalau kita sering memperinci, berfikir, dalam setiap hal, bukan kg tidak mungkin, bahkan pasti dan jelas kita akan menjadi manusia yang manusia. Manusia yang menggunakan atas fasilitas yang diberi untuk menjadi kendara, tumpangan, dan jalan menuju manusia yang manusia. Manusia yang “Khoirunnas anfauhum linnas”.
Sesudah kita membahas tentang kebudayaan, pastilah ada jalan untuk memfasilitasi berjalannya budaya tersebut agar bisa terrealasasikan. Dengan adanya interaksi sosial menjadikannya sebagai jalan yang mulus. Jalan menuju manusia yang sebenarnya. Namun, dengan kondisi zaman sekarang yang sedemikian rupa, toh sagat sulit, menetralisasikan antara kendaraan yang kita sebut budaya, dengan interaksi sosial sebagai jalannya.
Kita sebagai sang Kholifah selayaknya lebih pintar pintalah dalam memilah milih dan juga memadupadankan antara kebudayaan dengan interaksi sosial. Soalnya tak jarang sebab kita yang salah berinteraksi sosial malah banyak membukakan pintu pintu permusuhan. Dengan adanya pemikiran yang matang InsyaAllah pemilihan Budaya yang benar dan juga keterpaduannya dengan interaksi sosial akan menjadikannya jalan yang lurus menujuNya.
Kesimpulan
Manusia, budaya, dan interaksi sosial. Ketiga elemen ini yang akan membentuk kita sebagimana manusia yang sebenarnya. Dan perlu dipahami ketiga tiganya tersebut juga yang membukakan permusuhan permusuhan di antara sesama, baik dengan manusia, hewan, tumbuhan dan juga alam semesta. Tapi, dengan bekal pikiran ilmu pengetahuan kita akan selamat dari berbagai penyakit penyakit yang menghalangi kita untuk berjalan menujuNya.