Resensi Novel Maha Cinta: Sepotong Kisah Nyata Ragawi ke Cinta Sukmawi
Oleh: Akhmad Gunawan Wibisono
Maha Cinta merupakan sebuah novel bergenre romantika karya Aguk Irawan MN yang terbit pada 2014. Aguk Irawan MN merupakan novelis nasional yang menulis banyak karya di antaranya Penakluk Badai (2011), Haji Backpacker (2014), Cahaya-Mu Tak Bisa Kutawar (2014), dan banyak lagi. Aguk Irawan MN meramu novel Maha Cinta dengan sentuhan sastrawi, kalimat-kalimat puitik nan mendayu-dayu.
Novel ini bercerita tentang kisah seorang pemuda bernama Imran yang memiliki perasaan cinta yang suci kepada gadis kampung Sembungan bernama Marwa. Kedua insan itu saling berkasih, namun sayangnya sang ayahanda Marwa, Haji Nurcahya tak merestui cinta sang anak. Sebabnya karena Imran berasal dari keluarga Pak Ali yang miskin. Haji Nurcahya menilai bahwa jatuh cinta kepada Imran adalah suatu tragedi, ia tak mengizinkan Marwa untuk menjalin kasih dengannya.
Seiring berjalannya waktu Imran dan Marwa harus berpisah dari kampung karena melanjutkan kuliah: Imran ke Jogja sekaligus menjadi santri di sana, sedang Marwa ke Jakarta. Dari hubungan jarak jauh itu mereka saling berkirim surat agar harmoni cinta tetap merekah di antara mereka.
Pada suatu ketika, Marwa memiliki janji dengan Imran untuk bertemu di acara pernikahan sahabat mereka di kampung, Rowiyatin namanya. Usai Imran menunggu lama, kekasihnya pun tak kunjung datang sehingga Imran memilih untuk kembali ke Jogja. Ternyata, pada hari itu Marwa baru teringat jika ada janji untuk bertemu dengan Imran. Di lokasi KKN, ia meminta Maman dan dua kawannya agar mengantar dirinya ke pernikahan Rowiyatin sekaligus bertemu dengan Imran. Karena tak bertemu lantas Imran menganggap bahwa Marwa telah berbohong kepadanya.
Bermula dari hal itu. Hubungan Marwa dan Imran kian renggang. Kondisi itu menjadi lebih runyam sebab Marwa menaruh cemburu pada seorang gadis bernama Dewi, kawan Imran di pesantren. Imran pun demikian, ia menaruh cemburu kepada Marwa sebab dirinya akrab dengan Maman, seorang mahasiswa kawan Marwa.
Hubungan mereka kian menegang kala keduanya saling salah paham. Imran menganggap bahwa Marwa ada hubungan khusus dengan Maman, sedang Marwa menganggap Imran ada hubungan khusus dengan Dewi. Marwa pun memutuskan Imran dan menjalin hubungan serius dengan Maman. Naas, Marwa harus menanggung malu sebab ternyata ia dihamili oleh Maman. Imran yang melihat kenyataan itu amat terpukul, padahal cintanya kepada Marwa amatlah besar. Di satu sisi, gadis bernama Dewi yang dicemburui oleh Marwa telah menikah dengan Zaid, kawan santri Imran. Itu artinya Imran memang berkata jujur bahwa dirinya tak punya hubungan dengan Dewi.
Marwa pun menyesal telah mengkhianati cinta agung Imran sebab ia menikah dengan Maman. Usai melahirkan anak dari Maman hasil perzinahan, ia pun meninggal dunia. Sedang anak yang ia lahirkan ia kasih nama Imran Maulana.
Novel Maha Cinta yang serba puitik ini bisa menjadi bacaan menarik sebab berisikan kisah-kisah romantis serta sarat nilai-nilai kehidupan. Narasi yang dibangun oleh Aguk Irawan MN amat memukai seolah menyihir pembaca dan terseret kepada alur cerita yang dramatis.
Kelebihan Novel Maha Cinta
Sebagai novel yang bertemakan romantisme maka kiranya cocok buku ini diramu dengan kalimat-kalimat yang manis. Premis yang dibangun oleh Aguk Irawan MN sebenarnya sederhana. Namun gaya bahasa yang ia bawakan mampu menyihir pembaca. Narasi yang mendayu dan menggetarkan jiwa bisa memikat siapapun yang membacanya.
Adapun kisah Imran yang diusung oleh Aguk Irawan MN merupakan kejadian yang tak asing di dalam realita sosial. Amat banyak sekali kisah cinta yang harus kandas tersebab perbedaan status sosial yang timpang. Dalam hal ini Imran yang miskin, sedang Marwa kaya. Ayahanda Marwa menolak mentah-mentah seorang Imran. Sehingga, dari kisah itu pembaca bisa meneropong bahwa perihal kaya miskin dalam percintaan juga terkadang turut menjadi penghalang bagi dua insan yang saling mencintai.
Alur yang runut dan rapi membuat pembaca nyaman sebab tak ada bagian-bagian yang dirasa membingungkan. Akan ada banyak bagian yang mampu mengejutkan pembaca misalnya bagian tentang Marwa yang tiba-tiba dihamili oleh Maman, padahal ia adalah anak seorang Haji dari kampung Sembungan yang terkenal salihah.
Di satu sisi, alur kisah novel Maha Cinta berakhir bahagia bagi Imran sebab ia diterima di perusahaan besar di Jakarta dan menjadi kaya. Sedang menyedihkan bagi keluarga Marwa yang menyesal karena dulu menolak Imran karena tak punya apa-apa. Pun Marwa justru berbuat zina sehingga ia makin dikucilkan dari masyarakat Sembungan.
Secara keseluruhan, novel Maha Cinta bisa dibilang amat mengesankan. Ada banyak pelajaran hidup yang bisa didapat dari alur ceritanya. Pun bahasa yang dipakai amat mendayu dan menyejukkan jiwa. Aguk Irawan MN berhasil menyuguhkan kisah cinta yang cukup elegan.
Kekurangan novel Maha Cinta
Sebagai sebuah karya yang berisi tulisan. Novel ini beberapa mengandung kesalahan penulisan. Masih ada beberapa typo yang luput dari mata penulis maupun editor. Di satu sisi, novel ini barangkali terlalu bertele-tele bagi sebagian pembaca yang ingin menikmati cerita secara lancar. Dalam beberapa bagian, pembaca akan tersendat sebab banyak kata-kata indah yang menghambat jalannya cerita.
Pesan moral novel Maha Cinta
Melalui kisah dari Imran yang dibangun oleh Aguk Irawan MN kita dapat memahami bahwa perasaan cinta sejatinya tak bisa terbendung. Ia tetap mengendap dalam hati meski ada faktor eksternal yang menghalangi dirinya. Dalam hal ini Imran yang cintanya terhambat oleh status sosial menjadikan dirinya tak bisa menikah dengan Marwa. Meskipun begitu, Imran tetap mencintai Marwa hingga akhir hayatnya.
Di sisi yang lain, novel Maha Cinta juga menyuguhkan pesan religius yang amat kuat. Proses jatuh cinta adalah hal wajar, pun Tuhan menganugerahkan cinta kepada makhluknya agar mampu saling berkenalan dan mencintai. Lewat novel ini pembaca akan dibawa ke dalam situasi yang nyata perihal cinta. Siapapun boleh mencintai, asal mendasarkan cinta itu kepada Allah Subhanallahu Ta’ala. Kesucian cinta tak bisa dikotori oleh nafsu sehingga menjerumuskan manusia ke dalam lubang kemaksiatan.
Melalui kisah novel ini pula pembaca akan dipahamkan bahwa kesetiaan dalam membangun jalinan cinta kasih mutlak dibutuhkan dalam tiap-tiap hubungan. Siapapun yang sudah membangun komitmen untuk saling mencintai, maka ia tak boleh ternodai dengan pengkhianatan atau bentuk-bentuk yang menjurus kepada perselingkuhan.
Identitas buku
Judul : Maha Cinta: Sepotong Kisah Nyata dari Cinta Ragawi ke Cinta Sukmawi
Penulis : Aguk Irawan MN
Tebal : 454 halaman; 12×19
ISBN : 978-602-70522-0-8
Penerbit : Glosaria Media